BINCANG COVID EMAK-EMAK
Pembuatan
tulisan ini didasari pada obrolan pengajian melalui zoom meeting yang dilakukan
istri dengan grup pengajiannya. Berlangsung
pada tanggal 6 Februari 2020 dalam perjalanan pulang dari Subang menuju Jakarta.Setelah
memasuki tol cipali di KM 92 zoom di mulai. Istri dengan santai menikmati
pengajian dalam perjalanan itu. Dia duduk baris tengah kursi di bagian kiri.
Sedangkan saya berada di sebelanya sambil memangku putri kami yang selalu tidak
mau lepas dari pangkuanku. Setelah masuk pada aplikasi zoom sudah ada temannya
yang bergabung. Dari obrololannya yang saya tangkap dia bernama bu Atik.
Istri
menyapa “assalamualaikum ibu, apa kabarnya, apakah sudah sehat.Menyimak
pertanyaan tersebut saya menyimpulkan bahwa sahabat istri saya pernah mengalami
sakit. Entah sakit apa yang telah di derita beliau saya tidak tahu.
“Alhamdulillah
ibu saat ini saya sudah bisa beraktifitas kembali seperti biasanya bahkan nanti
saya akan mengajar TPA yang sudah lama saya tidak tinggalkan. Tapi Bu sebelum
ini saya memang mengalami sebuah ujian penyakit yang begitu berat bahkan sampai
saya sudah tidak bisa berbuat apa-apa. termasuk untuk buang air saja saya sudah
menggunakan Pampers dan selalu dibersihkan oleh eh anak saya”, jawab Bu Atik.
Kemudidan
dia melanjutkan ceritanya “bahkan saya sudah berpikir saya akan meninggal.
sampai semua keluarga sudah mengelilingi saya, banyak sekali suara suara yang
saya dengar termasuk suara orang mengaji. Suara dari kejahuan memotivasi saya
agar kuat bertahan dan kembali sehat. Pada saat itu sayapun sudah merasa tidak
kuat. Untuk makan saya mengalami
kesulitan karena mulut terasa pahit. Sampai berfikir sudah tidak kuat lagi penghadapi
penyakit ini. Difikiran saya yang terlintas hanya minta maaf saja kepada
keluarga”.
“Keluarga
selalu mendampingi bergantian memberikan
makan. makan yang disiapkan selalu dengan menu yang berbeda tidak membuat saya
bosan, sepertinya dari catering yang telah dipesan. Bersyukur sekali saya
berada dilingkungan yang begitu baik kepada diri saya.sulit bagi saya untuk
membalas kebaikan mereka, hanya rasa syukur ini yang bisa dipanjatkan kepada
Tuhan atas kesembuhan yang saya dapat”. Lanjut cerita bu Atik.
Dari
Panjang ceritanya bu Atik dia menyimpulkan bahwa kalua dia berani dan mau di
tes PCR atau SWAP kemungkinan saya juga terpapar corono. Karena saya takut saya
tidak melakukan tes tersebut.
Selang
15 menit kemudian bergabunglah pembina ngaji yang bernama ibu Een. memang
aktivitas pengajian istri saya sudah lama tidak saya dengar ternyata
pemberhentian sementara pengajian itu disebabkan Pembina ngaji atau dikalangan
pengajian itu disebut dengan murobiah yaitu ibu dan keluarganya terpapar covid
19, barulah pada kesempatan hari itu beliau bisa mempersiapkan dan memimpin
pengajian yang setiap hari Sabtu atau Ahad rutin dilakukan.
Pengajian
belum lagi dimulai sang guru ngaji juga
menceritakan pengalaman keluarganya yang terpapar covid 19. Setelah menyapa dan
menanyakan kabar semua anggota binannya beliau bercerita. Waktu itu suam dari guru ngaji istri yang sering disebut
dengan sapaan Pak Is atau Pak Iskandar, kebetulan saya juga mengenal beliau,
terpapar terlebih dahulu covid 19. Pak Is diceritakan pada waktu itu sudah
tidak lagi mau makan,upaya untuk membujuk makan dari sang istri pun sudah
dilakukan dan memang tidak bisa menelan makanan mungkin karena mulut sudah
tarasa pahit semua
dalam
kondisi seperti itu khawatir terpapar covid 19 walaupun riwayat penyakit Pak Is
itu adalah gula darah atau diabetes. sampai kondisi yang sangat lemas dalam,
kondisi itu keluarga hanya memikirkan bagaimana membawa beliau ke rumah sakit.
tentu saja harus berkoordinasi dengan gugus covid di wilayahnya. dengan
berbagai macam koordinasi akhirnya nya dibawa ke rumah sakit pasar Minggu
sekitar pukul 9.30 malam.
Setibanya
RSUD Pasar Minggu ternyata yang antri untuk mendapatkan perawatan sudah banyak.
rumah sakit itu memang dikhususkan untuk penyakit covid 19. dalam kondisi
kebingungan ibu akhirnya turun untuk menanyakan bagaimana proses penanganan
suaminya yang sudah lemas karena tidak masuk makana, dalam pikirannya hanya suaminya harus diinfus
supaya mendapatkan asupan makanan agar memiliki tenaga kembali. Rumah sakit
sudah tidak lagi menampung pasien covid-19 karena sudah terlalu banyak pasien
yang datang ke rumah sakit pada malam itu, dan Pak Is tidak dapat tertangani, dengan
inisiatif sendiri Bu Een membawa ke rumah sakit JMC.
Kesulitan
untuk memperoleh rumah sakit yang yang khusus menangani pasien covid-19 menambah
kebingunan keluarga, beruntung datanglah sebuah keajaiban di mana ada kerabat
yang mengabarkan bahwa di rumah sakit Brimob, kelapa 2 terdapat ruang kosong
untuk perawatan covid 19. Walaupun demikian ibu Een tidak langsung membawa Pak
Is ke rumah sakit tersebut. Dengan alasan kepastian belum jelas sehingga dia
meminta kepastian apakah benar-benar rumah sakit tersebut dapat menampung
pasien covid-19 karena sudah banyak yang terisi si di mana-mana.
Ibu Een
akhirnya meminta kepastian kepada rekan tersebut agar tidak sia-sia ketika
datang ke rumah sakit Brimob. Akhirnya kerabat tersebut memberi tahu bahwa
benar-benar rumah sakit itu kosong dan sudah di booking oleh dia untuk bapak
is. Kepasastian ruang kamar sudah didapat barulah ibu Een membawa pak Is ke
rumah sakit Brimob.
Ujian
tidak sampai disitu ternyata hasil swab dari Bu Een dan salah satu anaknya positif covid-19 juga. Beliau
dan anaknya diwajibkan untuk isolasi ke wisma atlet. cerita yang sama seperti
ibu Atik yaitu kebaikan keluarga, masyarakat di sekitar yang dipelopori oleh
pak RT. salah satu kebaikan warga yang diutarakan bu Een adalah perhatiannya kepada keluarganya
yang tinggal di dalam rumahnya. Keluarga dari suaminya juga begitu perhatian
menanyakan kondisi bu Een dan anaknya. Namun bu Een menegaskan perhatikan saja
Pak Is karena dia sudah tidak bisa diperhatikan oleh bu Een. Dan sungguh Allah
memberikan kemudahan kepada bu Een yang ternyata Sebagian keluarga Pak Is
tinggal di sekitar rumah sakit Brimob.
Di
ujung cerita yang dia sampaikan adalah sebuah pesan moral yang cukup baik. Beliau
berpesan kalau tidak bisa membalas semua
kebaikan orang, yang sudah baik kepada kita pada. Yang terbaik bagi kita untuk
membalas kebaikan mereka adalah dengan selalu mendoakan mereka selalu di dalam setiap
shalat dan kesempatan berdo’a. Insya Allah kebaikan mereka akan dibalas oleh
Allah subhanahu wa ta'ala dari jalan yang tak terduga.
Teringat sebuah pesan dari salah satu ustadz yang menyatakan undanglah kebaikan sehingga banyak orang yang mendoakan kebaikan untuk kita. Karena kita tidak tahu dari hamba yang mana do’a itu akan di kabulkan oleh Allah SWT. Bpk. Erik Hadi Saputra motivator RRI yogya yang sekaligus penjabat Kepala Humas dan hubungan internasional Universitas Amikom Yogjakarta, menggunakan istilah menabung energi positf. Energi positif itu akan keluar sesuai dengan kebutuhan yang akan kita inginkan atau sesuai keadaan yang dikehendaki.
By. Nurhadi
oleh Allah SWT.
Komentar
Posting Komentar