MASA LALU JANGAN BERLALU

 


Pagi hari yang dipanyungi  hujan  rintik-rintik membawa kesejukan dalam tubuh, mengeiringi aktifitas saya di pagi itu. Seperti biasa aktivitas yang saya lakukan adalah mempersiapkan buah hati dalam pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi seperti ini. Pembelajaran jarak jauh sudah dilakukan dengan baik oleh manajemen sekolah sehingga anak saya dapat menerima pelajaran dari sekolah tanpa mengurangi hak materi yang harus diterimanya.

Di sela aktivitas pembelajaran anak, lewatlah seorang  tetangga yang ingin belanja sayur ke warung. Kebetulan istri sedang menyapu di teras rumah dan bertemu dengan beliau. Iseng  istri bertanya tentang anaknya yang sekarang pindah kerja dari kelurahan Pejaten timur ke daerah Setiabudi atau kawasan Kuningan.

“Bagaimana Bu dengan Putri apakah sudah bisa mengendarai sepeda motor yang dibelikan”.  Tanya istri. Sepeda motor yang baru dibeli tujuannya untuk mobilitas kekantor yang baru. "Ah belum Bu, belum bisa,  dia mah tiap hari aja pulang pergi selalu diboncengin temennya. mana sekarang kendaraan umum susah lagi, kalau deket transjakarta enak kali ya, atau  menggunakan transportasi online supaya naiknya cuma sekali kalau Transjakarta naik turun mulu capek katanya walaupun nyaman sih”,  jawab beliau.

“Beda ya ama masa kita zaman dahulu”, mereka mulai mengenang masa-masa masih  menjadi seorang mahasiswa dan pelajar. Kita dulu ya, mau naik angkutan umum saja susah banget. apalagi kalau kita masih pakai seragam sekolah nggak ada tuh yang mau berhenti kalau kita stop bus umum. Karena kita pelajar yang bayarnya hanya sepertiga dari penumpang umum, mereka tidak mau mengangkut kita. Lagi juga para karyawan kantoran juga kalau mau naik angkutan  memilih yang kosong, kalau  semua anak pelajar sewanya kasihan juga ya.” Saling sahut diantara  mereka

Sang tetangga melanjutkan ceritanya, “seru banget ya apalagi kalau kita naik bus tingkat yang sekarang udah nggak ada tuh bus tingkat. kita bisa naik di atas sambil melihat pemandangan megahnya ibukota. Kadang-kadang penumpang sudah kosong yang berada di bawah, kita juga tidak mau ke bawah karena melihat pemandangan dari atas lebih enak dan menyenangkan.”

Istri menyambung cerita pengalamannya tentang naik kereta api. Pada waktu itu istri tinggal di daerah Depok 2 dalam apabila dia pergi ke kampus selalu menggunakan transportasi si kereta. memang transportasi kereta ini menjadi pilihan favorit warga dari daerah Bogor, Cilebut, Bojong Gede, Citayam termasuk warga Depok. Dalam beraktivitasnya di Jakarta. Setiap gerbong kereta selalu terisi penuh pada jam berangkat dan pulang kantor.

Strategi yang digunakan oleh orang-orang Depok menurut cerita istri dia selalu menunggu kereta balik.maksud dari kereta balik adalah kereta yang tidak sampai ke stasiun akhir Bogor tetapi hanya sampai di stasiun Depok atau sering disebut dengan Depok lama. jadi istri dan kawan-kawannya selalu naik kereta dari stasiun Depok Baru, menuju stasiun Depok (lama). Karena tidak tidak sampai Bogor maka kereta itu kosong sehingga dia mendapatkan tempat untuk duduk.

Dia juga tidak lupa bercerita bagaimana sulitnya mendapatkan angkot menuju terminal atau stasiun Depok. Aangkot yang masuk ke komple di  Depok Timur Dalam adalah angkot D-02.yang menurut pengakuan istri saya selalu sulit untuk mendapatkan angkot, yang selalu ditolak. Angkot-angkot itu lebih memilih penumpang kantoran karena bayarannya penuh tidak seperti mereka para pelajar atau mahasiswa.

Bahkan pada waktu saya pertama kali menggunakan angkot, setelah menikah dengan istri saya memang saya perhatikan angkot itu enggan untuk menaikan penumpang pelajar. Saya punya pengalaman menggunakan angkot D-02 dan bus PPD menuju Benhil, memakan waktu itu 5 jam. sampai akhirnya saya terlambat mengajar.

Cerita itu akhirnya menjadi kepuasan tersendiri sambil memaki-maki para sopir angkot dan metromini serta sejenisnya yang selalu menolak untuk mengangkut para pelajar pada waktu itu. seolah berkata dulu aja kita mau naik ditolak lebih memilih para karyawan, sekarang angkot dan metromini sulit untuk memperoleh penumpang, itu balasan bagi mereka kali ya.

Untuk saat ini peran angkot dan kendaraan umum seperti kopaja, metromini dan sejenisnya sudah semakin tergerus oleh kehadiran moda transportasi yang lebih nyaman dan terintegrasi. Karena pemerintah provinsi Jakarta semakin berbenah untuk pelayanan transportasi publk. Diawali dengan pembangunan bus TransJakarta pada masa pemerintahan gubernur Sutiyoso, dikembangkan pada masa pemerintahan Fauzi Bowo, dimantapkan oleh Jokowi dan Basuki Cahya purnama, diintegrasikan dengan baik oleh bapak Anies Baswedan. Bus TransJakarta menjadi moda transportasi yang dapat menjangkau masyarakat di berbagai daerah Jakarta. dengan kendaraan yang nyaman dan aman Transjakarta menjadi favorit warga untuk mobilitas dengan harga lebih murah dari transportasi online.

Pada masa pemerintahan gubernur Anies Baswedan, banyak angkot yang sekarang dirubah menjadi Jak lingko.Jak lingko nanti akan terintegrasi dengan jalur busway sehingga masyarakat dari daerah-daerah yang tidak dilalui busway dapat menyambung melalui Jak Lingko ke jalur busway. konsepnya transportasi akan saling terintegrasi di Jakarta seperti MRT, LRT, Bus Way dan commuter Line dan Jak Lingko.

Kalau dipikir-pikir kata istri dan tetangga enakan zaman kita ya seru. anak-anak zaman sekarang mah tidak mengalami apa yang kita alami, jadi nggak pernah ngalamin susah.

Kesimpulan yang sungguh aneh, jelas-jelas menurut cerita bahwa untuk menaiki kendaraan aja begitu susah dan sulitnya kenapa bisa dikatakan enak zamannya, sedangkan anak zaman sekarang tidak enak. Padahal kalau dilihat dari sisi transportasi yang begitu cepat berkembang, tentu saja enak zaman sekarang. Lalu apa yang membuat istri dan tetangga itu berpikir enakan zaman dahulu.

Ya ternyata setelah saya pikir-pikir enak zaman dahulu menurut mereka, adalah enak diceritakan, enak sebagai pengalaman, enak untuk dikenang. Memang segala peristiwa, segala cerita yang berkaitan dengan diri kita tentu saja selalu kita kenang apalagi cerita tersebut memiliki kenangan yang tidak dilupakan, seperti desak-desakan di stasiun bahkan di dalam gerbong kereta, ditolak oleh sopir angkot dan metromini, belum lagi mata-mata copet yang tajam selalu mengintai.

Masa lalu menjadi kenangan, masa lalu akan menjadi hiburan dalam kesendirian. Masa lalu janganlah biar berlalu, seribu rindu ada di sana.

By. Nurhadi



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BidMinted, REBAHIN CUAN DATANG. NAMBANG LEGIT. WITHDRAW MUDAH

TERIMA KASIH

AVANZA DAN KAWANNYA