DIBABAT DI BUBAT
Lukisan wajah seorang putri sampai kepada Hayam Wuruk, seorang raja besar saat itu. Raja Majapahit yang termasyur di seantero Nusantara, sang pemimpin yang agung.
Diamati seksama lukisan itu, lama dipegangi, dibolak balik. Waktu
tak terasa sudah semakin malam, sang raja tidak bisa tidur.Rupanya dia tertarik
dengan gadis dilukisan tersebut. Dalam pikirannya “gadis ini cantik sekali, cocok
jika kujadikan sebagai istri.”
Keesokan harinya dia mengumpulkan para petinggi kerajaan. Memberikan
pengumuman kepada mereka. “Siapa yang tahu diantara kalian, siapa gadis yang
ada di lukisan ini?” Beberapa petinggi istana saling lirik, seakan kebingungan.
Salah satu diantara mereka akhirnya memberanikan diri untuk
menjawab. “Baginda raja, hamba mohon maaf sepertinya hamba mengenal lukisan
tersebut.”
“Oh, kamu mengetahui siapa gadis yang berada di lukisan ini,”
tanya sang raja. “Ya hamba tahu, itu adalah lukisan yang cukup terkenal dari
kerajaan Sunda. Dia adalah putri Lingga Buana, Dyah Pitaloka Citaresmi”
Setelah mengetahui bahwa gadis itu berasal dari kerajaan Sunda.
Hayam Wuruk mengutus rombongon untuk melamar Dyah Pitaloka. Rombongan menuju
Sunda untuk bertemu prabu Lingga Buana.
Sampailah rombongan di hadapan Lingga Buana sang Raja Sunda.
“Hamba menghadap sang raja sebagai utusan Majapahit.” Lingga Buana menyambut
dengan baik, “Silakan wahai utusan Majapahit ada apa kiranya engkau jauh-jauh
datang ke tanah pasunda?”
“Kami diutus oleh Raja Hayam Wuruk untuk datang melamar
putri Dyah Pitaloka yang merupakan putri baginda.” Sang utusan menjawabnya.
Prabu Lingga Buana merasa heran kenapa prabu Hayam Wuruk ingin
menjadikan anaknya sebagai istri. Dari mana Hayam Wuruk mengenal putrinya. Sang
Prabu menyampaikan kepada utusan Hayam Wuruk untuk istirahat terlebih dahulu
dan kembali pulang esok harinya. Esok akan kami sampaikan jawaban setelah berbicara
dengan putri.
Setelah mempersilakan para rombongan untuk istirahat. Sang Prabu
mendatangi kediaman putri. Disampaimkanlah niat raja Hayam Wuruk untuk menikahi
Putri.
“Wahai putri kesayangan ayah, Raja Hayam Wuruk sang penguasa
Majapahit ingin menjadikanmu sebagai istri.” Sang raja membuka percakapan.
Ternyata putri Dyah Pitaloka, diam-diam juga mendambakan sang
raja Majapahit itu. Selama ini Dyah Pitaloka kagum terhadap kemasyuran Hayam Wuruk.
“Ayahanda, begitu masyur Hayam Wuruk di Nusantara, hamba
kagum dengannya. Tak perlu ayah bertanya setuju atau tidak, sejujurnya putrimu
juga berharap menjadi pendampinginya.”
Mendengar jawaban dari sang putri Prabu Lingga Buana juga
merasa senang. Akan terwujud perasatuan antara Majapahit dan Sunda. Sunda
adalah kerajaan yang belum bisa ditaklukan oleh Majapahit, masih menjadi
kerajaan Merdeka.
Disisi lain Majapahit sangat berambisi untuk menaklukan Nusantara
yang ada pada ambisi Gajah Mada. Gajah Mada melihat ini sebuah peluang yang bagus untuk menjatuhkan Kerajaan
Sunda.
Pada waktu yang telah disepakati rombongan Lingga Buana menuju
Majapahit. Menyusuri Laut Jawa Menuju Majapahit dengan armada yang cukup besar.
Setelah sampai pantai utara Majapahit. Rombongan menuju Alun-alaun kota.
Prabu Lingga Buana meminta istri dan anaknya untuk menunggu
disuatu tempat dengan ditemani prajurit perempuan. Prabu Lingga Buana ingin memastikan
keamanan rombongan. Sebelum memasuki alun-alun tepatnya di desa Bubat. Rombongan
Lingga Buana bertemu pasukan Bhayangkara, dibawah pimpinan Gajah Mada.
“Wahai raja Sunda pernikahan ini adalah sebagai bukti bahwa
Raja Sunda menyatakan takluk kepada Majapahit.” Kata Gajah Mada dengan sauara
yang begitu dalam, khas seorang pendekar pilih tanding.
“Kami datang sebagai kerajaan mulia, tidak ingin menjadi
kerajaan bawahan Majapahit, Rajamu telah mengundang kami untuk melakukan
pernikahan sebagai lambang persatuan.” Jawab Lingga Buana
Dua alasan yang berbeda bertemu, menjadikan mereka bersitegang dan
akhirnya terjadilah pertempuran. Prabu Lingga Buana dan pasukannya berhadapan
langsung dengan pasukan Bhayangkara yang terkenal tidak pernah kalah dalam
petempuran.
Sampai akhirnya seluruh pasukan Sunda Tewas. Semua di Babat
habis oleh pasukan Bhayangkara. Pasukan Bhayangkara juga mendapatkan
perlawanan cukup sengit, karena pasukan Sunda yang di bawa merupakan pasukan
khusus.Hingga beberapa pasukaan Bhayangkara gugur.
Lingga buana turut tewas dalam pertempuran itu. Berita itu
sampai kepada rombongan wanita kerajaan sunda. Bahwa semua rombongan yang
menuju kota Majapahit telah tewas
semuanya.
Mendengar berita tersebut Dyah Pitaloka merasa ditipu oleh
Hayam Wuruk. Demi menjaga kehormatan kerajaan Sunda Dyah Pitaloka dan seluruh
rombongan wanita akhirnya melakukan belapati (bunuh diri).
Pengorbanan dari rombongon kerajaan Sunda membuat namanya menjadi
harum atau wangi. Sehingga pengganti dari Lingga Buana dijuluki Prabu
Siliwangi.
Pada pihak Majapahit, karena gagal menikah dengan Dyah Pitaloka
Hayam Wuruk menjadi sedih. Setiap hari selalu melamun, gairah hidupnya
berkurang. Hal ini menyebabkan para petinggi istana mengambil kesempatan untuk
menggulingkan Gajah Mada. Karena Gajah Mada mengganggu jenjang karir mereka. Dengan
konspirasi tingkat tinggi mereka menyudutkan Gajah Mada atas apa yang terjadi
pada Sang Raja
Tidak ingin memaksakan diri bertahan di istana, dan sumpah Palapan
sebagian besar sudah terwujud. Gajah Mada melakukan Moksa. Moksa yaitu melapaskan
diri dari ikatan duniawi dan tidak masuk ke dalam pusaran reinkarnasi. Jiwa naik
ke atas menuju nirwana, sedangkan jasad lama
kelamaan menjadi kecil dan menghilang.
By. Nurhadi
Komentar
Posting Komentar